Selasa, 10 Juni 2014

kebaikan dari Tata Dunia Baru

Shalom Mega,
Terus terang, saya tidak menemukan dokumen resmi dari Vatikan tentang New World Order. Namun, salah satu yang disebut- sebut sebagai dasar oleh pihak-pihak yang mengatakan bahwa Vatikan menginginkan New World Order adalah surat ensiklik dari Bapa Paus Benediktus XVI, Caritas in Veritate/ Kasih dan Kebenaran, yang juga sudah ada terjemahannya di situs ini, silakan klik.
Di surat ensiklik itu memang disebutkan prinsip ajaran sosial Gereja untuk menanggapi dunia dewasa ini yang berkembang ke arah globalisasi. Paus mengingatkan bahwa di tengah kecenderungan perkembangan yang mengglobal ini, harus tetap dipertahankan nilai- nilai kasih dan kebenaran, sehingga harus tetap ada nilai- nilai kemanusiaan yang ditegakkan berdasarkan hukum- hukum Tuhan demi keadilan, perdamaian dan solidaritas. Mengenai menghadapi pertumbuhan penduduk dunia, Paus mengingatkan bahwa bagaimanapun juga cara yang ditempuh untuk mengendalikannya tidak boleh merendahkan martabat manusia. Dalam hal ini, Paus Benediktus XVI mengacu kepada surat ensiklik para pendahulunya yaitu Humanae Vitae (yang ditulis oleh Paus Paulus VI); dan Evangelium Vitae (oleh Paus Yohanes Paulus II).
Maka hal menanggapi perkembangan dunia ke arah globalisasi ini harus dilaksanakan bersama- sama oleh bangsa- bangsa di dunia, baik secara polotik, ekonomi, sosial maupun budaya. Caranya antara lain dengan menjadikan lembaga dunia PBB menjadi lebih efektif. Jadi sebenarnya tidak ada yang baru dari yang disampaikan oleh Paus Benediktus ini. Namun demikian pemikiran ini kemudian sepertinya dihubungkan dengan New World Order, walaupun Paus sendiri tidak menggunakan istilah itu dalam surat ensikliknya.
Berikut ini saya mengutip paragraf no. 67, yang kemungkinan diinterpretasikan orang mengarah kepada tatanan baru (New World Order) itu:
Menghadapi pertumbuhan yang tak berbelas kasihan dari ketergantungan global, terdapat sebuah kebutuhan yang sangat keras terasa, bahkan ditengah-tengah resesi global, untuk sebuah reformasi dari organisasi- organisasi PBB/ Perserikatan Bangsa- bangsa (United Nations Organization) dan juga dari institusi-institusi ekonomi dan keuangan internasional, sehingga konsep keluarga bangsa-bangsa dapat memperoleh gigi yang nyata. Seseorang juga merasakan kebutuhan yang mendesak untuk menemukan cara- cara inovatif yang menerapkan prinsip tanggung jawab untuk melindungi[146] dan memberikan negara-negara yang lebih miskin sebuah suara di dalam pengambilan keputusan secara bersama. Ini kelihatannya perlu supaya dapat tercapai sebuah keteraturan politis, yuridis dan ekonomis yang dapat meningkatkan dan memberikan arahan kepada kerjasama internasional bagi perkembangan semua bangsa di dalam solidaritas. Untuk mengatur ekonomi global; untuk menghidupkan ekonomi yang terpukul oleh krisis, dan untuk menghindari pemunduran dari krisis yang terjadi sekarang ini dan ketidak-seimbangan yang lebih besar yang akan dihasilkan; untuk mencapai gencatan senjata yang utuh dan tepat pada waktunya, keamanan persediaan makanan dan perdamaian; untuk menjamin perlindungan lingkungan hidup dan untuk mengatur migrasi; untuk semua ini, terdapat kebutuhan yang mendesak tentang sebuah otoritas politik dunia yang sejati, seperti yang diindikasikan oleh pendahulu saya Yohanes XXIII yang Terberkati beberapa tahun yang lalu. Sebuah otoritas yang demikian akan perlu diatur oleh hukum, untuk secara konsisten menerapkan prinsip subsidiaritas dan solidaritas, untuk mencari pencapaian kebaikan bersama,[147] dan untuk membuat sebuah komitmen untuk melindungi perkembangan manusia seutuhnya yang otentik, yang diinspirasikan oleh nilai-nilai kasih di dalam kebenaran. Selanjutnya, otoritas itu perlu diakui secara universal dan dilengkapi oleh kekuasaan efektif untuk menjamin keamanan semua pihak, menghormati keadilan dan hak-hak.[148] Jelaslah, bahwa itu akan memerlukan otoritas untuk memastikan pemenuhan/ kesesuaian dengan keputusan- keputusannya dari semua pihak, dan juga dengan ukuran-ukuran koordinasi yang diambil di dalam berbagai forum internasional. Tanpa hal ini, di samping kemajuan besar yang tercapai di berbagai sektor, hukum internasional akan mempunyai resiko dikondisikan oleh keseimbangan kekuasaan di antara bangsa-bangsa yang terkuat. Perkembangan bangsa-bangsa yang seutuhnya dan kerjasama internasional mensyaratkan pengadaan sebuah tingkat yang lebih besar tentang pengaturan internasional, yang ditandai oleh subsidiaritas, untuk pengaturan globalisasi.[149] Mereka juga mensyaratkan sebuah konstruksi keteraturan sosial yang pada akhirndang moral ya sesuai dengan peraturan moral, sesuai dengan hubungan timbal balik antara bidang sosial, dan dengan hubungan antara bidang politik dan ekonomi dan kemasyarakatan, seperti yang telah digambarkan oleh anggaran dasar Perserikatan Bangsa- Bangsa.
Maka jika Iran (bersama dengan Liga Arab) mengatakan akan bekerjasama dengan Vatikan untuk memajukan kedamaian dan keadilan di dunia seperti diberitakan, sebenarnya itu sesuatu yang positif. Apalagi Paus secara eksplisit mengatakan diperlukannya gencatan senjata yang utuh dan tepat…. dst untuk menciptakan tatanan dunia untuk menjawab tantangan globalisasi sekarang ini. Adalah baik jika negara- negara kaya ataupun negara- negara yang bertikai berhenti memikirkan produksi senjata untuk perang, dan mengalokasikan dananya untuk kesejahteraan rakyat di dunia dengan prinsip keadilan dan kasih, bukan? Tentang tingkat pengaturan internasional ini, memang tidak dijelaskan secara spesifik oleh Paus, namun jika mengacu awal paragraf 67, maka idenya adalah mereformasi organisasi- organisasi PBB/ kepada Perserikatan Bangsa- bangsa (United Nations Organization) dan juga dari institusi-institusi ekonomi dan keuangan internasional.
Sejujurnya, ada banyak hipotesa/ teori dari pihak- pihak yang ingin menyerang kepausan, dengan menyalah artikan ajakan Paus untuk menanggapi hal globalisasi dunia. Namun jika kita melihat pemikiran Bapa Paus Benediktus XVI ini, maka tidak ada yang baru dan tidak ada yang perlu dicurigai. Ajaran Bapa Paus dalam Caritas in Veritate itu merupakan pengajaran dan anjuran kepada semua orang di dunia yang berkehendak baik, terutama kepada para pemimpin dunia, untuk memperhatikan nilai- nilai kasih dan kebenaran dalam kebijakan mereka. Prinsip kasih dan kebenaran merupakan inti ajaran Injil, dan karenanya tak perlu kita permasalahkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar